Jumat, 17 Januari 2014
Inilah Bedanya Taksi Pelacur Jepang dan Indonesia!
Membaca laporan koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo, perihal aktivitas Baishun Takusi (Taksi Pelacuran) di Jepang, aku jadi ingat masa lalu. dikala masih aktif di dunia jurnalistik cetak, aku pernah melakukan investigasi sekitar kehidupan seks orang-orang lokal di Indoneisa, entah itu seksnya orang yang tak penting maupun seksnya orang penting. Di Indonesia, ada pun layanan seks yang memanfaatkan armada taksi. Apa bedanya layanan seks taksi di Jepang serta Indonesia?
Menurut laporan Richard Susilo di Tribunnews.com, pelacuran dalam taksi (Baishun Takusi) belakangan ini mejadi sebuah bisnis baru di Tokyo. Bahkan, Baishun Takusidisebutkan sedang jadi trendi di Jepang serta tak sedikit dicari lelaki kota besar, terutama di Tokyo. Artinya, aktivitas pelacuran di Jepang tak lagi statis di satu tempat, tetapi dapat bergerak menggunakan mobil, termasuk dalam taksi. “mereka melakukan di dalam mobil van, mobil besar pintu sorong (sliding door), biasanya mobil warna putih serta kaca hitam biar tak kelihatan dari luar,” ungkap sumber kayak dilansir Tribunnews.com.
Konsumen Baishun Takusi boleh memesan taksi dengan menelpon. Setelah datang menjemput pemesan, taksi bergerak menuju satu tempat agak jauh agar ada waktu untuk bermain seks. Jadi selain harus bayar layanan seks, para konsumen pun harus bayar argo taksi. Untuk tariff dari bandara Narita ke tengah kota Tokyo misalnya, akan memakan waktu sekitar satu jam. Biaya argo meter taksi sekitar 35.000 yen, sedang biaya layanan seksnya 30.000 yen. cuma saja, bisnis baru ini masih terbatas serta cuma tersebar dari dari mulut ke mulut.
Di Indonesia, di antara pengemudi taksi yang beroperasi di aneka macam kota, tak sedikit yang terlibat dalam bisnis pelacuran. Ini aku ketahui semenjak dulu dikala masih aktif sebagai jurnalis serta melakukan investigasi sekitar pelacuran. Bedanya, layanan seks yang melibatkan sopir taksi di Indonesia ini tak dilakukan di dalam taksi kayak di Jepang. Untuk antar jemputnya memang menggunakan taksi, tetapi untuk layanan seksnya masih dilakukan di kamar hotel. Karena itu, bila naik taksi cobalah menyelidik pada sopir taksi soal jasa layanan pelacuran. bila pintar mengorek keterangan, mungkin aja Anda akan memperoleh info cukup menarik serta mengejutkan.
Dari sopir taksi yang pernah aku korek keterangannya, tak sedikit yang menyimpan nomor kontak para pelacur. Dengan kata lain, tampaknya telah ada kerjasama khusus secara diam-diam antara sopir dengan para pelacurnya. Di antara pelacur yang berafiliasi dengan sopir taksi ini ada yang masih mahasiswa serta ada pun ibu rumah tangga yang kesusahan ekonomi.
Jadi para pelacur yang ngobyek bersama sopir taksi ini tak kayak pelacur pada umumnya, yang sengaja memamerkan tubuh sesksinya di tempat kompleks pelacuran atau tempat hiburan malam kota besar. Dalam kehidupan kesehariannya, mereka tetap kayak cewek baik-baik pada umumnya. Namun, di balik penampilannya yang alim ada sesuatu rahasia disembunyikan bersama sopir taksi.
Yang menarik, dikala di satu kota ada event besar yang melibatkan tak sedikit tamu dari luar kota, sopir taksi yang terlibat dalam pelacuran modern ini dapat memperoleh job dobel, yakni jasa antar jemput tamu maupun jasa antar jemput pelacurnya. Jadi jangan heran, bila penghasilan sopir taksi dapat cukup besar pula. Sebab, selain mendapat bayaran argo, mereka pun mendapatkan komisi dari para pelacur.
Nah, dari sinilah, aku jadi semakin yakin bahwa pelacuran tak akan mungkin dihapus dari muka bumi ini. Meski ada pemerintah tempat yang melakukan penutupan lokalisasi, transaksi seks tetap dapat dijalan dari mana saja, termasuk dari dalam taksi melalui telepon sel. bila angka HIV/AIDS di Indonesia dewasa ini makin naik, patut diduga perihal itu amat terkait erat dengan praktik pelacuran. Sebab, salah satu penyebab naiknya HIV/AIDS di Indonesia pun hasil adanya aktivitas seks bebas semacam ini.
Dari fenomena pelacuran ini pula, aku melihat adanya benturan kultural dari dua kutub yang berbeda, yakni sekuler (liberal) serta puritan. Lantas, bagaimana dengan Anda? apa mau mencoba menikmati seks bebas lewat jasa taksi dengan “bonus” terkena HIV/AIDS? Silakan aja pilih sendiri. Yang jelas, dunia ini memang dapat dijadikan syurga bagi para pemburu kenikmatan. tetapi dunia ini pun dapat jadi neraka bagi mereka yang merindukan kedamaian batin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar